Bagaimana bersikap menghadapi kontestasi Pilpres 2024?
5 mins read

Bagaimana bersikap menghadapi kontestasi Pilpres 2024?

Assalamaualaikum,

Dalam waktu dekat hanya dalam hitungan bulan, kita akan dihadapkan pada pesta demokrasi besar bagi bangsa Indonesia. Apalagi kalau bukan Pilpres dan Pilleg 2024. Hiruk pikuknya sudah mulai terasa beberapa bulan belakangan ini. Mau tidak mau sebagai warga negara yang baik kita harus mengikuti setiap langkah perhelatan besar bangsa ini. Baik manuver para kandidat maupun trik dan intrik orang-orang yang mulai gerah dan pasang anang-ancang agar kekuasaanya tetap langgeng.

Dari awal endorse para kandidat sudah bermasalah dan berpolemik, yang satu karena kasus HAM masa lalu, yang satu karena dianggap petugas partai, sementara yang lain juga selalu dikaitkan dengan politik identitas, entah apa maksudnya.

Tapi yang unik adalah para calon ini memiliki karakteristik yang gamblang sebenarnya, sehingga bagi kalangan tertentu tidaklah sulit untuk menelusuri latar belakang keseharian para kandidat ini. Namun satu hal adalah sebagai warga negara yang baik, maka aspirasi politik kita jangan sampai tidak tersalurkan dalam perhelatan ini.

Beberapa waktu lalu publik dihebohkan dengan hengkangnya partai bintang mercy keluar dari salah satu koalisi partai pengusung salah satu kandidat, dengan dramanya, dengan tata bahasa yang saya anggap ‘luar biasa’, seolah-olah dunia sudah mau kiamat mungkin bagi mereka, namun sayang hal ini sebenarnya bukan pendidikan yang baik, karna masyarakat akan memutar kembali masa lalu, jejak digital dan rekam para politisi ini. Alih-alih menjatuhkan, dari satu sisi saya melihat malah memberikan poin lebih ke kubu lawan.

Namun diluar polemik sandiwara politik kemarin dan akan datang, bagaimana sih kita sebagai warga yang baik harus bersikap? bukan untuk menggurui namun untuk mengajak agar kita dapat melihat kontetasi ini sebagai hiburan politik, pesta besar dan tentu tanpa kehilangan makna dan tujuan pentingnya yang menemukan kandidat terbaik pemimpin bangsa dimasa depan, yang mana tantangan dan hambatanya sangatlah besar.

Cari Second Opinion Informasi

Hal yang sangat tidak baik untuk demokrasi adalah ketika penguasa menguasai media informasi yang notabene adalah alat ampuh untuk menyampaikan visi misi kandidat, yang artinya juga bisa digunakan sebagai senjata untuk menghambat visi misi lawan agar tidak tersampaikan. Hati-hatilah dalam membaca mendengar dan melihat. Pastikan kita memilih lebih banyak chanel agar kita bisa meilhat semua pemberitaan dengan berimbang. Tidak dipungkiri selain media-media mainstream sudah jauh dari kata netral, kadang informasi yang disampaikan pun lebih banyak motif bisnisnya alias clikbait dari pada informasi sesuai fakta, contohnya ketika terjadi kasus perytaan salah seorang jubir kandidat, yang dengan tanpa konfirmasi ke yang bersangkutan sudah naik tayang bahkan dimedia-media yang terkenal dengan independensinya, bagaimana dengan media yang sudah dikuasai anggota koalisi? wallahhua’lam. Meski akhirnya ada koreksi namun tujuan bisnis sudah tercapai. Karenanya selalu cari sumber berita alternatif, dan jika memungkinkan cari sumber informasi dari kanal-kanal resmi para calon, karena prinsipnya mereka tidak akan menyebarkan berita yang merugikan mereka sendiri.

Selalu Pahami dan Tidak Emosi

Ingat-ingatlah , kita yang menentukan pilihan. Jadi kita bukan pada posisi membela satu pihak dan menjelekkan pihak laih. Kita punya hak memilih dan karenanya tidak seharusnya kita emosi dengan apa yang disampaikan para kandidat yang besaing. Tugas kita adalah menerima masukan, menyaring , mencari data dan pembanding, lalu menetapkan piliha. Biarkan para kontestan dan tim suksesnya menjual dirinya habis-habisan, tugas kita hanya memilih, gunakan akal sehat, dan gunakan history masa lalu untuk mendapatkan gambaran jelas terhadap para calon.

Jangan Baperan

Tidak bisa dipungkiri , perhelatan ini akan mengundang perasaan yang bermacam-masam, tapi ingatlah sekeras apapun persaingan ini, sekejam apapun kata-kata yang nanti akan saling bersahutan antar kandidat, mereka sebenarnya adalah politisi. dan bagi politisi , hanya memakan kepalanya sendiri yang tidak mungkin. Ingatlah betapa kerasnya persaingan pilpres 2019 antar calon, dan pada akhir kontestasi ternyata mereka berjalan di gerbong yang sama. Apakah mereka peduli dengan gerbongnya yang sudah porak poranda? ya tidak, karena pada dasarnya mereka adalah sama-sama politisi, karenanya jangan baperan terhadap perilaku para kandidat ini, mereka lebih sering saling bertemu dari pada kandidat bertemu konstituentnya, jadi kalau pepatah orang Jawa , ajining tresno jalaran soko kulino, karena sering bertemu makan merekan bisa saja berteman akrab

Gunakan Hak Pilih

Hal terkahir adalah gunakan hak pilihmu dengan baik, karena bisa saja 1 suaramu merubah segalanya, jika hak pilihmu tidak digunakan, artinya kita memberi peluang untuk kecurangan dan penyalahgunaan data ntuk disalahgunakan pihak-pihak tertentu untuk memenangkan salah satu kandidat, jangan berprasangka baik dengan para pengelola data ini, karena pada dasarnya jika mereka memliki kompetensi dalam pengelolaan data warga negaranya, maka tidak mungkin terjadi jual beli dan pembocoran data yang masih sudah terjadi.

Kesimpulan

Sebagai warga negara yang baik dan mengharapkan pemerintah dan pengelola negara yang baik, bijaklah dalam menghadapi kontestasi politik tahun ini dan tahun depan. Tetap waspada, berkepala dingin dan selalu cek and ricek jika kita mendapati data dan informasi yang menyimpang atau menyesatkan.

SELAMAT BERPESTA

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *